//Recent Comments Settings var numComments = 5; var characters = 60;

17 October 2016

IndiHome, Bikin Alone Nggak Pakek Lonely

Saya sangat mengerti jika Uwak, sering sekali menelepon saya. Lebih dari sekedar melepas kangen karena akhirnya kami dipisahkan jarak setelah saya menikah 4 tahun silam, tetapi karena Uwak sendiri dan kesepian. Bagaimana tidak? Uwak yang sudah memiliki suami dan dua ‘buntut’ tinggal dirumah sendirian. Beliau hanya dijenguk dua minggu sekali oleh anak-anaknya dan nyaris sebulan sekali oleh suami yang mencari nafkah diluar kota.


2 tahun yang lalu :
"Wak, whatsapp-an wae atuh... nelepon mah olok ongkos.." (Saya meminta Uwak, untuk mengirim pesan via whatsapp ketimbang telepon yang memakan banyak pulsa).
"Ah, gue mah apa attuh, hape aja jadul banget. Jangankan was... apa tuh? susah nyebutnya! layar geser aja susah makeknya" 


Saya tertawa terbahak-bahak. Kakak saya yang satu ini memang polos dan lucu. Beliau kurang suka dengan kosakata Inggris. Layar sentuh saja menjadi layar geser.
Sudah berkali-kali saya menyarankan agar Uwak belajar memakai smartphone. Saya pikir, dengan sendirinya Uwak dirumah sepanjang hari, minimal Uwak bias belajar dan mengerti  banyak hal. Karena saya tau Uwak cukup kreatif. Misal saja Uwak mau, Uwak bisa searching berbagai resep, belajar bisnis online, bisa chatting dengan teman temannya yang sudah ber'digital' ria atau sekedar untuk melakukan video call ke adiknya yang satu ini.
 #IndonesiaMakinDigital wak,.. masa Uwak ketinggalan jaman? ”
Kalimat penggugah itu sepertinya tidak membuat hati Uwak tersentuh. Alasannya, mulai dari takut salah pencet sampai repot karena sulitnya beradaptasi dengan layar sentuh.

Februari, 2015.
Intensitas telepon sedikit berkurang, saya pikir Uwak mulai bosan. Dari cerita adik, Uwak mulai sering berdiam diri, melamun sambil manyun. Terutama jika berada diantara teman-temannya.
"Masa, gue di didiemin? pada cerita lucu di grup bbm. Gue si cuek aja!" celoteh Uwak suatu hari.
"Cuek apa panas’ wak?" tanya saya menggelitik. Secara tidak langsung menggiring Uwak untuk selangkah lebih maju. Walhasil, diujung obrolan telepon saat itu, Uwak bertanya juga.
"Emangnya, kalau cetingan mahal yeh??"

Agustus. Masih tahun lalu.
Pagi itu, setelah memeriksa status pengiriman barang di toko online, saya mencek sederet email masuk. Sempat dibuat kaget. Sebuah pesan baru dari seseorang.
"Halo Umi..."
Saya mencoba menerka-nerka. Biasanya yang memanggil sebutan Umi hanya keluarga di Bogor dan ibu-ibu tetangga yang bisa saya pastikan mereka tidak akan serajin itu mengirim email. Lalu siapa?
Belum sempat terjawab, muncul sebuah notifikasi undangan berteman di facebook. Saya sentuh sekali hingga lembar facebook terbentang. Lagi-lagi akun tanpa poto. Timeline menunjukan bahwa siempunya baru saja bergabung. Tetapi saya menerima permintaan pertemanan itu.
"Umi ! hehe.." Baru saya sadar, ketika undangan berteman di BBM saya terima. Diikuti pesan di whatsapp yang tentunya saya tau siapa pengirimnya.
"Owalah... Uwakk!" Penasaran sirna. Saya gembira bukan main sampai akhirnya ngobrol panjang. Uwak pun sempat beberapa kali mencoba voice dan video call nya. Meski sedikit repot tapi menyenangkan. Sambil mengarahkan Uwak menggunakan gadget barunya, saya mengurus beberapa pesanan barang online, membayar pajak listrik dan air melalui internet banking.            

Hari berganti hari, semakin sadar akan keperluan gadget Uwak pun semakin rajin. Dicobanya berbagai resep dari Internet, membaca berita-berita kesehatan dan bisnis online pun digarap habis. Beruntung  Uwak tidak suka gosip, jadi berita infotainmen kurang diminatinya.
Bukan untuk sekedar eksis. Uwak yang memang pandai berbisnis ini mulai melihat peluang. Selfi gaya anak muda pun tidak melulu menjadi kebiasaan. Menurutnya, sejak terjun kedunia digital banyak hal yang ia tahu, termasuk rencana usaha yang mulai ia rencanakan secara matang.

2016
Awal tahun 2016 adalah kali ke 5 saya menjalani rutinitas mudik ke Bogor. Melepas rindu pada kampung halaman, saudara, kawan lama dan pastinya emak tercinta. Tidak terkecuali Uwak dengan segala perubahannya. Saya lihat jemarinya begitu lancar menyentuh layar geser yang masih jadi istilahnya. Uwak juga tidak kesepian, sesekali ia tertawa, tersenyum saat bercengkrama dengan suami atau teman-temannya.
#IndonesiaMakinDigital terasa semakin lengkap dengan keikutsertaan Uwak didalamnya.
Ada satu hal yang jujur membuat saya tidak terpikir sebelumnya. Uwak benar-benar merealisasikan keinginannya soal menjalankan bisnis. Saya pikir, hal itu hanya sekedar curhatan Uwak belaka. Tetapi, ternyata tidak. Sebulan lebih saya berada di Bogor, saya menyempatkan diri untuk menginap dirumah Uwak sesekali. Uwak, dengan segala cara dan informasi yang ia dapat membuka sebuah warnet kecil-kecilan dirumah. Dibantu Aldi si anak sulung dan beberapa temannya.



INDIHOME
Pertama kali dengar kata itu dari Uwak. Dulu, tidak terlalu mau tahu sampai akhirnya saya berselancar dengan segala fasilitasnya yang menurut saya MEMUKAU. Bukan lebay, tapi faktanya memang begitu. Kalau ada yang komplain, boleh saja. Toh setiap orang punya pengalaman yang berbeda.
"Wah, Uwak jadi buka warnet?!" saya terperanjat. Melihat jajaran beberapa PC (Personal Computer) pagi itu. Ia hanya mengangguk-angguk. Saya lihat ia masih sendiri. "Jaga sendiri?" Uwak mengangguk lagi. "Ish, hebat yeh!"
Pagi itu, warnet dengan lima PC termasuk server itu masih sepi pengunjung. Buka sejak pukul  7 sampai Pukul 9 malam. Saya iseng mencoba koneksi internetnya dengan streaming youtube.
Wow, sungguh mengejutkan! dialog serial Elif episode 183 berjalan lancar tanpa macet! Laksana jalan tol, saya barengi dengan mendownload beberapa Megabyte aplikasi dan video via android.
 'Alergi' kambuh, alias 'tangan gatal' untuk download sana sini kalau ada koneksi internet super cepat. Jadilah, waktu itu, selama beberapa menit, tersimpan satu film kartun anak dan beberapa aplikasi tersimpan di memori smartphone
Sedikit tergelitik, saya tanya Uwak mengenai koneksi.
"Gue bayar bulanan sekitar enam ratus ribuan per bulan. Kata yang pasang, itu udah termasuk speedy, telepon sama nonton tv"
Saya melongo. Saat itu juga saya searching daftar harga dan paket IndiHome. Ternyata dengan iuran sebesar itu, Uwak mendapat akses kecepatan internet mencapai  20 Mbps.  Wah, saya semakin tertarik lalu menggeser bangku dan duduk mencermati Uwak yang sedang memotong motong kangkung.
Paket IndiHome selain murah tentu saja all in one buat saya. Uwak bilang saya bisa memakai telepon kapan saja saya mau. Gratisannya banyak! 1000 menit baik lokal maupun interlokal per bulan. Belum lagi fitur telepon tambahan lain seperti IndiHome Telepon Mania, IndiHome Telkomsel Mania dan IndiHome Global Phone.
Adalagi soal Usee TV. Ini sih bukan main senengnya. Gimana nggak? Satu-satunya hiburan di rumah kontrakan kecil saya di Solo hanya televisi 14 inci yang hanya mampu menangkap satu saluran televisi lawas dengan kualitas gambar sangat buruk.  Dengan IndiHome, mata saya jadi ‘normal’. 

Usee TV memungkinkan kita mengakses channel-channel keren baik lokal maupun luar. Seperti National Geographic Channel, FoxSport dan lain-lain. Kita juga masih bisa Add ON Interactive TV dengan berbagai paket dan harga. Tinggal pilih dan daftar sesuai hobi dan keinginan.

Satu persatu anak datang untuk bermain game online. Sementara saya masih fokus membaca artikel tentang IndiHome sambil menunggu download-an yang hampir selesai.
Asiknya,... pulang bawa oleh-oleh film.

Kembali ke Uwak.
Uwak yang sekarang jelas berbeda. Saat ini dia memang masih sendirian dirumah. Belanja sendiri, masak dan makan sendiri. Tapi Uwak lebih sibuk dan ceria.
Saya tahu, bahwa aktifitas digitalnya bukan sekedar gaya hidup, melainkan kebutuhan yang meringankan tugas-tugasnya karena harus menjaga warnet. Bayar telepon, listrik, PAM, Transfer uang untuk anak anak, belanja kebutuhan warnet, dan lain-lain. Semua bisa dilakukannya lewat layar geser. Hehe...
Uwak yang sekarang online terus, terutama saat ‘bersua’ dengan sang suami yang berada nun  jauh disana.
Buat saya, ini sulap ala IndiHome, yang bikin alone nggak pakek lonely. Uwak sendiri tapi tidak kesepian. Sesekali mendengar teriakan anak-anak yang asik ‘perang’, tertawa dan bercanda dengan teman lainnya.
Ditengah maraknya gaya hidup digital Uwak tidak lagi merasa ketinggalan zaman, kini ia bisa berinteraksi dengan siapapun termasuk teman-teman dari mana saja dan kapan saja.
Uwak, dengan gadget ditangannya jadi bukti. Dengan keberanian dan keyakinannya untuk selalu bisa belajar dan belajar.
Akhir cerita, saya ucapkan terimakasih buat Telkom IndiHome. Semoga bisa terus meningkatkan kualitas pelayanannya. Sungguh, sulapmu membahagiakan...






Suatu hari selepas mudik, 2016
Handphone berdering beberapa kali.
“Kenapa lagi wak?”
“Mih, gue mau belajar Photoshop dong...”
“???”

4 comments:

  1. ih ceceu,... si mamah eksis disitu. dikira apaan cuma link aja di ig. Si mamah lagi jaga warnet tuh ce, kapan ke bogor lagi...

    ReplyDelete
  2. haha.. aldi apa icha ni? unknown gitu. pan simamah the owner,...keren si mamah mah ayeuna eksis di dumay euy.

    ReplyDelete