//Recent Comments Settings var numComments = 5; var characters = 60;

22 May 2016

#BahagiadiRumah itu sederhana



Sebelum Desember 2012
Saya adalah perempuan bekerja sejak lulus kuliah. Malang melintang didunia kerja dalam berbagai bidang. Menikmati hari-hari sendiri terutama saat terima uang gaji akhir bulan. Saya bisa jalan-jalan, mengajak emak belanja bulanan, bisa membeli ini itu sendiri tanpa ada tanggungan besar. Liburan asyik, menjelajah banyak area wisata, menyibukan diri dengan berbagai hobi. Sampai pada usia hampir genap  29,
  semua itu berhenti karena ‘panggilan’ untuk menikah datang. Ya, meski ada sedikit kekhawatiran akan tidak sebebas masa single yang tentu berkurangnya kebahagiaan yang dirasakan selama ini.

Mulai Desember 2012
Dijaman yang serba instan dan modern ini versi bahagia setiap orang menjadi berbeda. Maklum, beraneka produk dan fasilitas ini itu yang ditawarkan disertai  tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tinggi dan mahal membuat orang harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
Saya, termasuk orang yang memulai hidup baru (menikah) dari nol besar. Ya, bagaimana tidak? Suami saya yang memulai usaha dengan menjual madu, memiliki komitmen tinggi untuk mandiri. Kami tinggal didaerah pedesaan, jauh dari orang tua dan sanak saudara.
Rasa kurang bahagia mulai menyelimuti ketika suami pulang hanya membawa recehan atau kadang tidak membawa uang sama sekali. Bayangkan, kehidupan saya 180oterbalik. Jika dulu mampu membeli apapun yang dimahu, tapi setelah menikah terpaksa harus apa adanya. Tidak jarang saya menangis dan merasa menyesal.
Beruntung, suami adalah seorang yang sabar. Disela keterbatasan itu, ia menjelma menjadi seorang motivator yang mampu menggugah semangat dan mindset. Dari situ saya sering merenung, apa arti bahagia. Terutama disaat kami pergi liburan gratis, jalan-jalan melihat pemandangan sawah atau piknik, (bermalam dilantai dua, menikmati hamparan lingkungan asri dari loteng). Argh... sepertinya saya mulai bahagia dan saya begitu menikmati berbagai cerita menginspirasi dari suami tercinta.
Tahun demi tahun perjalanan rumah tangga kami jalani. Penjualan Abi, begitu saya menyebut suami, semakin bertambah banyak. Stoknya tidak hanya madu yang diecer 15.000 rupiah perbotol, tapi ada banyak jenis herbal dan oleh-oleh haji yang bermanfaat. Pelanggannya pun semakin banyak.
#bahagiadiRumah. Tentu saja! Selain ada anak, saya juga bisa melakukan banyak hal dirumah. Ya, meski saya bukan ibu rumah tangga yang bekerja di kantor yang memiliki penghasilan sendiri. Tapi saya bisa melakukan usaha dirumah. Saya membuat artikel online, melayani desain promosi, masih bisa ngeblog, membaca, gabung di sosial media dan meraup banyak informasi penting seputar keluarga, mengurus anak, kesehatan dan lain-lain. Lebih dari itu semua, selain mengurus rumah dan anak-anak saya bisa bereksperimen dengan berbagai resep kue untuk anak-anak dan suami.
Jalan-jalan ke sawah
Siapa yang tidak mau mobil? Kendaraan yang bisa mengangkut beberapa anggota keluarga, sehingga tidak harus berdesakan dimotor dengan dua anak dan barang bawaan sebagai perbekalan. Siapa yang tidak mau rumah pribadi agar setiap bulannya tidak pusing memiliki uang sewa? Saya yakin, semua pasti menjawab mahu. Tapi semua itu tidak bisa diraih begitu saja bukan? Adakalanya kita harus melewati masa-masa sulit, bertahan hidup untuk meraih bahagia itu sendiri. Lagi-lagi melalui perenungan yang mendalam dan berusaha selalu bersyukur dan berdoa adalah senjata saya.
Dari adaptasi selama masa pernikahan saya mengambil banyak sekali pelajaran, bahwa #bahagiadirumah itu sederhana. Bahwa bisa melihat suami dan anak-anak sehat kita mampu bahagia. Ketika kita mengajarkan anak-anak berbagai hal baik, seperti membuat kue bersama, kita mampu bahagia. Memasak makanan untuk mereka kita mampu bahagia. Ketika kita bisa mengaktualisasikan diri dengan berbagai hobi kita mampu bahagia. Ketika kita hanya bisa piknik di loteng kita mampu bahagia. Karena semua itu bersama keluarga, meski bukan diarea wisata.
#BahagiadiRumah ketika mengurus anak

Loteng Rumah Kami
Beruntung Abi adalah suami yang pengertian. Beliau banyak membelikan buku dan tabloid. Salah satunya tabloid Nova. Kalau dulu, Abi membelikan tabloid Nova edisi beberapa bulan yang lalu, itupun didapat dari toko buku bekas. Yang terpenting adalah saya bisa membaca dan mengambil banyak manfaat. Ada resep, tips-tips menarik , cerita-cerita menginspirasi dan masih banyak lagi. Lain hal dengan sekarang, #bahagiadirumah bertambah karena saya bisa membeli Nova edisi baru dan tentunya uptodate. Alhamdulillah.
Semua yang dilalui adalah hal yang membahagiakan. Seperti bahagianya Nova yang telah berkiprah mendampingi perempuan selama 28 tahun. Kalau saya yang baru saja menginjak tahun ke-5 dengan sedikit banyak pengalaman suka duka, apalagi Nova? Saya yakin sepak terjangnya sangat tinggi. Dengan selalu berkomitmen memberikan banyak hal bermanfaat untuk semua khususnya perempuan. “Happy #Novaversary!” Semoga Tabloid Nova selalu menginspirasi perempuan dalam berbagai bidang dan keadaan. Seperti kisah saya ini, bahwa #bahagiadirumah itu sederhana.


0 comments:

Post a Comment