ACER Episode 1
Lowbart part 7 klik disini
Aku masih duduk
diatas salah satu dari tiga kursi kayu berukiran klasik dengan satu meja
ditengahnya. Dihadapanku, kira-kira satu setengah meter, terdapat iringan music
dari band local yang menyuguhkan tembang-tembang bernuansa pop-jazz atau lebih
tepatnya lagu yang mereka mainkan terkesan mellow.
Baiklah, tidak masalah selagi aku menikmati secangkir mocacinno yang tersuguh
sekitar sepuluh menit yang lalu dari sang pelayan yang ramah nan ganteng, aku
jadi teringat percakapanku bersama Rain saat kami masih duduk dibangku Sekolah
Menengah Atas (SMA). Kala itu aku berkata pada Rain,
“aku punya
RAHASIA tentang satu hal, hanya aku dan
Sang Kholik yang tahu.” Rain hanya mengkerutkan kening dan sepertinya sedang berpikir keras akan hal
itu, aku sendiri masih keukeuh dengan
pendirianku untuk tidak memberitahunya tentang rahasia itu.
Aku bilang “
kalau sudah tiba waktunya, pasti akan ku beri tahu. Sabar ya.” Senyum ku pun
mengembang puas.
Kemarin, dua email
singkat sudah terkirim kepada Rain dengan apa adanya tentang segala hal.
Tentang satu rasa yang tersimpan dengan
rapih dan apik. Tentang kejujuran yang
terjebak dalam satu sisi hati. Tentang Rahasia yang terkunci dengan kode-kode
cukup rumit ketika seseorang ingin mengorek, membuka atau sekedar mencuri
pandang.
Angin
sepoi-sepoi membelaiku dengan lembut, tanpa sadar kopiku sudah habis tak
bersisa. Lima belas menit kemudian pesanan jus belimbingku tersaji dengan khidmat. Kusedot dengan lembut,
merasakan setiap bulirnya merayap dari mulut kekerongkongan , tentu saja
dinginnya terasa setibanya dilambungku.
Bicara soal dingin, cuaca hari ini
cukup sejuk mendekati dingin. Benar , ini sudah memasuki bulan yang berakhiran –ber yang artinya musim penghujan sudah merajalela
disegala penjuru bumi pertiwi di Indonesia. Sekarang bulan September, genap
sudah setahun berlalu, sepeninggalan Bak Wan dan kejutan dari Rain yang
tiba-tiba datang dengan alasan “ memberi kejutan” kepadaku.
Jujur saja, aku
takjub dengan semua hal yang terjadi dalam hidupku terutama dengan perubahan
Rain. Betul sekali, Rain yang berawal dari Pria tulen – Waria alias banci –
Pria tulen, membuatku antara sadar dan tak sadar. Namun itulah hidup, Ketika
Allah berkehendak yang tidak mungkin menjadi mungkin. Sesuatu hal yang dianggap
mustahil menjadi Real . tetapi, aku
tidak berlama-lama di Samarinda, ketika Rain kembali ke Paris sebulan
setelahnya, enam bulan kemudian aku pun pergi kesuatu tempat, mencoba
peruntungan di tempat lain, mencoba focus untuk berkarir. Tanpa sepengetahuan Rain
dan dengan tekad sebulat bulan purnama, aku pun melancong kekota lain.
Disini, dikota
hujan ini, aku pun tinggal disebuah rumah besar dalam satu komplek perum. Aku
nge-kost khusus untuk putri, satu kamar berukuran sedang dan sangat pas seperti
yang aku mau. Semalam hujan mengguyur kota ini dengan sangat deras dan tanpa
henti. Semalam pula aku membuat rangkaian kata khusus untuk Rain, isinya kira-
kira seperti ini ;
Email pertama :
“ ketika kau
membaca pesan ini, aku sudah tidak di Samarinda lagi. Aku disuatu tempat di
luar pulau Kalimantan tapi masih di Indonesia. Jika ingin menemuiku carilah di tempat yang mendapat julukan sesuai dengan
namamu “ Rain”, aku tidak melarikan diri. Masih terus bersamamu. Masih selalu
mengawasimu, melalui tangan- tangan dan
mata gaib. Masih mendoakan mu disetiap sujudku. Sang Kholik akan selalu
menjaga, membimbing dan menuntunmu untuk selalu berada di jalan-Nya … Allah
with you.”
Email kedua ;
“… sebuah
lonceng bukanlah lonceng sampai engkau membunyikannya, sebuah lagu bukanlah
lagu sampai engkau menyanyikannya, dan cinta yang ada didalam hatimu tidak
diletakkan disana untuk didiamkan saja, cinta bukanlah cinta sampai engkau
menberikannya … cinta itu tetaplah karena-Nya. Semoga kau mengerti, inilah
Rahasia yang kusimpan dan semua ini terkirim untukmu.”
Email kedua ku
cuplik dari salah satu buku karangan Dr. Ibrahim Elfiky, itu bukanlah puisi
melainkan sebuah lagu yang sudah di translate ke dalam bahasa Indonesia. Masih
di tempat yang di beri nama “ Taman
Tenda Kehidupan”, artinya taman yang menyediakan
makan, minum dan live music local. Handphone ku bergetar, ketika aku melihat
nama sang penelpon “Rain”, mendadak pula handphone ku pun Low Batt.
“ hmmm…
bagus!!!” pikir ku antara kesal dan senang.
Sekian…
Penulis : nama asli c erni, tapi di
FBT dipanggil SULIs, pemberian nama dari Miss Windi, trima kasih. Tidak banyak
yang dilakukan selain sedang Membenahi hati dan pikiran. Membenahi diri. Dan
menata hidup menjadi lebih baik untuk masa depan yang lebih baik dunia-
akhirat. Doakan ya, semoga berjalan lancer dan sukses. Trim… ^,^
Ernie... sudut pandangnya kok tiba2 berubah jadi sudut pandang pertama??? piye iki.... jadi bingung bacanyo... ^^
ReplyDelete