//Recent Comments Settings var numComments = 5; var characters = 60;

30 July 2012

Mari Berpikir

Betapa indahnya Al-quran yang merupakan kalamullah, sebagai pedoman hidup manusia. Tentu, yang namanya pedoman terkandung pelajaran-pelajaran yang bisa kita ambil. Seperti pada kisah-kisah para nabi dan rasul.

Mungkin kawan semua akan temui banyak sekali surat yang menceritakan kisah nabi secara random. Seperti
kisah nabi Ibrahim AS, Musa AS, dan yang lain , yang tersebar di beberapa surat. Pertanyaannya, kenapa gak berurutan seperti misal pada bible? Dengan alasan agar fokus atau berurut. Jawabannya adalah karena al-quran melihat pada konteks kejadian bukan pada pelaku kejadian.

Marilah berpikir! Bagaimana jadinya jika sebuah kitab suci hanya menjadi sebuah buku dongeng/cerita hingga kabur bahkan hilang maknanya? Yang dengan itu kemungkinan munculnya kontroversi besar-besaran antara ayat satu dengan yang lain. Bukankah setiap kitab suci adalah pedoman hidup setiap umat yang meyakininya.

By the way, 2 paragraph diatas cuma sebuah prolog. Berikut ada beberapa ayat yang diangkat dari kisah nabi Sulaiman AS, yang kisahnya mengandung begitu banyak makna untuk kita sekarang.

So pasti kawan semua tau nabi Sulaiman AS kan? Beliau adalah putra nabi Dawud AS. Beliau, Sulaiman AS, dibekali 9 ilmu oleh sang ayah dan atas seizin Allah, dijadikannya Sulaiman seorang pemimpin yang baik, yang patut dicontoh pemimpin sekarang ini (juga buat kita calon –calon pemimpin, insya allah). Lihat An-Naml : 15

Diantaranya ada 9 ilmu. Tapi karena keterbatasan waktu kajian hari ini maka yang sempat dijelaskan hanya 5, yakni : 1. Ilmu Din (agama) 2. Ilmu Nubuwah (tentang karakter-karakter nabi) Seperti halnya sekarang kita belajar shirah tentang perjalanan nabi dan karakter-karakternya, bukan berarti kita ingin menjadi nabi tapppii… meneladani. Begitu juga Dawud mengajari Nabi Sulaiman, bukan karena menginginkan anaknya menjadi nabi, tapi agar anaknya punya sifat yang baik. Dan dengan segenap kualitasnya serta izin Allah nabi Sulaiman pun diutus menjadi nabi. Wawlohu’alam Dari sini kita bisa simpulkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, bukan saja pemimpin tersebut harus memiliki agama yang baik dan benar (islam) maka orang tersebut harus juga mempelajari ilmu-ilmu menjadi seorang pemimpin sehingga menjadi ahli. Kalau kata pepatah, jika sesuatu urusan diserahkan pada yang bukan ahli maka tunggu saja kehancurannya.

3. Ilmu hikmah (kebijaksanaan) Dan sungguh, Kami telah memberikan kepada Dawud dan Sulaiman, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diajari segala sesuatu. Sungguh (semua) benar-benar karunia yang nyata. (An-Naml : 16) Dari ayat ini kita bisa ambil makna bahwa seharusnyalah seorang pemimpin mengerti bahasa rakyat. Semisal ketika rakyat teriak kelaparan, kesehatan yang merosot karena kemiskinan.

4. Ilmu yang ke-4 adalah kemampuan managerial nabi Sulaiman Ini tercermin dari surat An-Naml : 17, Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib.

5. Ilmu tentang kedisiplinan dan ketegasan An-Naml : 20, Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Aku tidak melihat hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? An-Naml : 21 Pasti akan aku hukum dia atau aku kusembelih ia,kecuali ia datang dengan alasan yang jelas” Dengan kemampuannya Nabi Sulaiman mampu melihat burung hud-hud yang saat itu tidak hadir. Secara logika, Nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan besar dengan bala tentara dan kekuatannya boleh dibilang tidak memerlukan burung hud-hud yang ukurannya kecil. Dengan kata lain masih banyak yang bisa diandalkan. Tapi, oleh karena kedisplinan dan ketegasannya nabi Sulaiman tetap memperhatikan hal-hal yang sekecil mungkin.

   Pertanyaannya, apakah kita seperti beliau? Apakah pemimpin kita sekarang seperti beliau? (Heuheuheu…. Jangankan mengabsen para anggota yang hadir, anggota yang lihat situs porno atau tidur saat rapat aja bisa jadi gak eungeuh.) Jadi, mari kita kembali pada diri kita… mungkin kenyataan yang ada gak sedemikian baik seperti jaman nabi Sulaiman tapi seenggaknya kita gak menambah daftar orang-orang seperti diatas dan senantiasa menyampaikan dakwah buat orang lain dan generasi penerus. Dan sekali lagi, bahwa Al-quran adalah kitab yang secara unik, jelas dan tegas menyampaikan isi dan maknanya, alias bukan kitab porno dan menjelek-jelekan nabi dan rasul. Wawlohu’alam bissowab… (mohon maaf jika banyak kekeliruan didalamnya)

0 comments:

Post a Comment