ACER Part 1
Lowbat Part 2 bisa di klik disini
Dengan
nafas tersengal-sengal Tar bangun dari tidurnya. ‘Mimpi yang aneh’ begitu
pikirnya. Ini pasti karena ia terlalu kesal dengan gadget yang kini ada disamping tempat tidurnya. Berkali-kali Hp itu
bermasalah dengan batereinya yang sering low, sampai-sampai ia pernah berniat
untuk menjualnya, tapi kemudian ia mengurungkan diri karena teringat bahwa Hp
itu adalah hadiah pemberian orang yang sangat ia sayangi, Bak Wan.
Sejurus
kemudian gadis yang menyukai warna-warna mencolok itu teringat teman satu
kostnya yang memiliki berbagai peralatan elektronik canggih, Rain. Rain adalah
nama panggilan dari seorang gadis manis yang memperkenalkan diri dengan nama
Dwiyanti Anggraini. Alih-alih dipanggil dengan nama Dwi, gadis itu
memproklamirkan diri dengan sebutan Rain, lebih modern ujarnya. Seketika ia
bergegas mendatangi kamar Rain. ‘Kali ini tampaknya Rain sedang dalam mood yang
bagus, jadi aku akan meminjam Hp-nya barang satu hari’ Tar berpikir. Dan benar
saja, Rain sedang duduk bersila dengan manis diatas kasurnya sambil menatap
monitor laptop-nya
“Rain,
aku pinjam Hp Nokia-mu ya yang merah, yang kemarin aku pinjam” ujar Tar
mendekati Rain yang sedang tersenyum tidak jelas.
“Oh,
silahkan saja. Itu ada dilaci meja” jawab Rain tanpa mengalihkan pandangan dari
laptop.
‘Alamat
baik, mood Rain benar-benar sedang bagus’, Tar mengutak-atik Hp berwarna ngejreng itu sambil duduk di sofa
bertekstur halus dengan bulu-bulu macan imitasi. Sebenarnya ia ingin mengobrol
dengan Rain, tapi tampaknya Rain sedang chatt
dengan seseorang, jadi ia merasa tidak enak mengganggu. Jadilah, ia duduk
bermalas-malasan di sofa empuk itu sambil sesekali memperhatikan Rain.
Rain
memperhatikan monitor laptopnya sambil tak henti-hentinya tersenyum.
‘Smile..’
Wajah
seorang pria tampan di monitor laptop itu membuat jantungnya berdetak kencang.
Kulitnya yang putih bersih bersinar bak seorang model-model catwalk yang sering
ia temui. Rahangnya yang kuat dipadu dengan bagian pipinya yang tirus dan
hidung mancung yang sangat mempesona. Dan yang membuatnya makin tersipu adalah
ketika ‘Smile’ tersenyum kedua pipinya berlubang menunjukkan lesung pipi.
“Rain kok kamu diam aja?” Chatt facebook
didepannya berkedip-kedip.
“Mmm, Smile, kamu bilang kerja dibagian
pemasaran produk minuman kan?” Rain mengulur-ulur waktu percakapan.
“Ya, aku sudah lama bekerja disana sebagai
Managernya”
“Wow, ternyata kamu bukan hanya cakep tapi
ternyata juga seorang eksekutif muda. Aku senang berkenalan dengan kamu”
ungkap Rain tulus.
“Ah, biasa aja. Justru aku yang senang
berkenalan dengan gadis secantik kamu. Imut-imut, hehe”
Rain
tersipu malu dan pipinya merona, “Ihihi..
sama-sama donk”
Sudah
lebih dari sebulan Rain berkenalan dengan Smile yang ia kenal lewat facebook.
Rain memang orang yang sangat ramah dan mudah bergaul dengan siapapun juga.
Siapapun akan senang mengobrol dengan Rain karena sikapnya yang menyenangkan
itu. Jari-jemari yang lentik karena rajinnya ia ke salon untuk melakukan
Manicure-padicure. Sambil menghirup aroma panas moccacino ia kembali tersenyum
sendiri. ‘Ihhhh, Smile benar-benar menggemaskan! Awas deh kalau ketemu’
pikirnya.
“Ciee,
siapa tuh Rain? Ganteng amat” Tar meledek ketika ia kembali sibuk dengan
facebooknya sehingga membuyarkan segala pikiran yang berputar-putar dibenak
Rain.
“Mau
tau aja!” ujar Rain manja.
Tar
hanya tersenyum simpul melihat kelakuan sahabat baiknya ini. Rain kalau sudah
jatuh cinta memang akan berubah sifatnya menjadi manja-manja seperti itu. Tapi
disitulah letak keuntungannya. Ya, untung bagi Tar, karena tiap kali Rain jatuh
cinta ia akan menjadi sangat baik. Ia suka mentraktir teman-teman satu kostnya
atau yang paling Tar sukai adalah ia boleh meminjam apa saja barang-barang
milik Rain. Dari mulai baju, tas, sepatu, sampai peralatan make up! Beruntung
bisa satu kost dengan seorang desainer muda seperti Rain.
Malam
ini Rain pasti tidak akan bisa tidur dengan nyenyak karena kepalanya penuh
dengan bayangan Smile. Ia terus memikirkan Smile, pria pujaan hatinya yang
paling gres itu. Mungkinkah Smile adalah tambatan hatinya yang terakhir?
Hatinya benar-benar terpaut pada sesosok pria tampan dan berbakat itu. Manager
pemasaran, bukankah itu adalah sebuah pekerjaan yang hebat?! Rain membayangkan
Smile berdiri didepan ruang rapat menjelaskan statistic penjualan produknya.
Dengan kemeja biru yang licin juga dasi yang serasi. Rain pastinya akan sangat
bangga berdampingan dengan eksekutif muda itu.
“Ma’il…!!
Kerjaannye hape melulu luh! Noh, aer Nya’ abis buat ngadonin nih cendol. Buruan
gih lu timbain disumur”, dengan bulir-bulir keringat membasahi keningnya ia
terus mengaduk adonan berwarna hijau itu.
“Iye
Nya’ bentar! Ini juga udah mau diambilin. Nyap-nyap mulu sih bawaannye. Pengeng
kuping Ma’il Nya’.” Smile meletakkan Hp-nya diatas meja didapurnya.
“Ah
Elu sih kalau dipanggil entar-entaran mulu. Nya’ udah capek begini juga masih
lu suruh ngadonin bakal jualan lu sendiri. Nyusahin Nya’ aje lu mah Ismail..! “
Setelah
berkeliling dengan gerobaknya, Smile berteduh disebuah pangkalan ojek. Ia
kembali mengeluarkan Hp-nya. Sesosok gadis cantik dalam foto profil di facebook
itu membuat rasa lelahnya mencair seketika.
‘Dwiyanti
Anggraini..’
“Duh
neng Rain… kapan ye kita bisa ketemuan. Kagak sabar neng, kepikiran mulu nih
abang” Smile bergumam tidak jelas.
“Duile
Ismail… siape tuh cewek, bohay amat” tukang ojek disampingnya meledek sambil
mencoba mengambil Hp-nya untuk lebih jelas melihat sosok cantik itu.
“Gangguin
orang aje lu bang” Smile bersungut-sungut.
“Ceilee..
suit, suit..”
Hari
ini Smile memutuskan untuk menemui gadis pujaannya yang ia kenal sudah sebulan
lebih via facebook. Sudah satu jam lebih ia menghias diri didepan kaca. Didepan
tampil cerminan dirinya yang berkulit hitam dengan jerawat besar memerah
disana-sini, giginya menguning karena kesukaannya pada kopi ditambah merokok.
Ia berpikir, ‘Kapan ya bisa pakai kawat gigi kayak anak-anak SMA itu’. Giginya
memang agak bermasalah, selain tidak rata tapi juga agak ‘menonjol’. Tapi
tekadnya sudah bulat untuk tetap menemui Rain, gadis pujaan hatinya. ‘Rain
pasti akan menerima diriku apa adanya’ pikirnya lagi.
Ditempat
lain, Rain bergegas menuju beranda kost yang ia tempati bersama sahabat
dekatnya Tardulude dan yang lain, beranda kost mereka terlihat asri dengan
pot-pot berisi tanaman bunga-bungaan berbagai jenis. ‘Jangan sampai telat,
masakan aku membuat seorang Manager pemasaran menunggu’, pikirnya. Rain sudah
kesalon sebelum itu, melakukan perawatan tubuh hingga sekarang ia terlihat
begitu kinclong.
“Rain,
dompet kamu nih ketinggalan. Ada di meja makan” Tar menyerahkan dompet itu pada
Rain.
“Makasih
ya say…” ujar Rain sambil mengerlingkan matanya.
Rain
membuka dompetnya, lalu tanpa sengaja ia menjatuhkan Kartu Tanda Pengenalnya
sendiri. Ia tidak meletakkannya dengan rapi seperti biasa. Ia mengamati foto
dalam KTP itu. Sosok tegap dan berwibawa terlihat disana, kulit sawo matang
dengan benjolan di tenggorokan yang terlihat jelas. Ia menelan air liurnya
sambil mengelus-elus tonjolan di tenggorokannya itu. ‘Yang satu ini tidak bisa
ditutupi walau sampai kapanpun’ pikirnya. Sebelum ia mengembalikan KTP itu ke
posisi semula, ia tersenyum penuh makna mengamati sederet nama yang sejak lama
tertera disana, ‘Dwiyanto Anggoro..’
______________________________________________________________________________
Tentang
Penulis:
Pada
awalnya penulis berniat untuk menggunakan nama Averrous Ry sebagai nama pena,
tapi karena kebanyakan orang agak sulit untuk melafalkannya, maka jadilah Averry saja. Nama ini terilhami dari
seorang pemikir besar Islam kelahiran Spanyol, Ibnu Rushd, yang di daratan
Eropa dikenal dengan nama Averrous. Penulis adalah seseorang yang berambisi
memiliki kepribadian ganda dan berharap sekali untuk menemukan versi maskulin
dirinya. Kesukaannya pada dunia baca sungguh tidak terbendung sehingga ia tidak
akan melewatkan selembar kertas pembungkus pisang goreng sebelum dibaca.
Melewatkan waktu malam dengan banyak berpikir sampai detak jarum jam yang
berdenting pun tak luput darinya, dan ia berharap menjadi Einstein yang Islami.
wkwkwkwk si Rain Bencongsss... kumaha tah si SISI...??????
ReplyDelete