Acer episode 1
Sore itu langit berwarna abu tua, tertutup oleh bergumpal
awan raksasa dengan berat berlebih. Hanya tinggal menunggu waktu sampai
kantung-kantung air itu robek dan memuntahkan kandungannya. Hal itu menjadikan suasana
jalan utama di komplek Amora terasa sibuk. Kendaraan roda dua dan empat berseliweran
dalam kecepatan sedikit melebihi batas aman kawasan penduduk, melewati
orang-orang yang berjalan tergesa dengan was-was.
Salah satunya seorang gadis berjilbab merah marun yang
berjalan setengah berlari, terdengar panik dalam percakapan telpon. Terlebih,
suara Tut..Tut Hand Phone yang terkadang menyela percakapan semakin membuat
dirinya kalang kabut.
“Tar, kalo dah
ketemu pos satpam yang deket pohon kapuk,
belok kiri trus tar belok ke kanan...” ucap
suara melengking diujung telpon dengan tempo cepat.
“Hah? Pos satpam yang ada pohon kapuk?” Jawab gadis itu sambil
mengkerut, dengan tempo yang tak kalah cepat.
Tut..Tut... Hand Phone
dalam genggamannya berbunyi lagi.
“Iya, Pos Satpam yang
sebelahnya pohon kapuk gede! Trus tar bel....”
Tut..Tut.
Lalu senyap.
Gerak gadis itu langsung terhenti. Terperangkap dalam
beberapa detik yang beku. Hingga akhirnya, tangan yang menggenggam Hp yang
layarnya kini berwarna gelap itu, perlahan turun menelusuri sisi tubuhnya yang
lesu.
Ini bukanlah kali yang pertama. Gadget yang dulu merupakan kebanggannya itu, kini memang semakin
sering mengecewakan dirinya. Seiring meningkatnya intensitas gemuruh dalam hati,
genggamannya terhadap gadget itu
semakin keras seakan hendak menghancurkannya dalam sekali genggaman.
Namun angin yang awalnya kering, mulai terasa lebih lembab.
Membangunkan akal sehatnya untuk segera melanjutkan perjalanan. Meski untaian kata yang diucapkan
lawan bicaranya tadi masih seperti kepingan puzle tak lengkap, namun yang pasti
ia kini harus menemukan pos satpam yang bertetangga dengan sebatang pohon kapuk
raksasa.
(Bersambung)
***
Tentang Penulis
Nie adalah nama panggilan sejak kecil yang diambil dari kata
terakhir dari nama depan dan belakang asli penulis. Disebabkan tingkat
kesakralannya yang tinggi, maka nama Nie juga dicatut sebagai nama samaran
penulis. Perlu diingat, pengucapan Nie yang benar adalah Ni bukan Ni-ye apalagi
Ni-eu. Meskipun dinama asli kata Ni tidak menggunakan huruf “e”, namun penambahan
huruf “e” ini dirasa URGENT agar lebih berkesan artistik. Sekiranya cukup sekian, karena segala informasi yang
berkaitan dengan pribadi penulis adalah bersifat TOP SECRET.
Hehehe... sip lah Rin, ditunggu sambungannya Miss Eri dkk ^^
ReplyDelete