//Recent Comments Settings var numComments = 5; var characters = 60;

17 August 2013

Hijrah - Part 1



Miss Ribet Sekali
Awal abad ini memang tidak secanggih tahun-tahun yang lalu. Tapi minimal, setelah kasus penolakan kartu chip otomatis pengganti kartu identitas manual, pemerintah sudah berhasil mensosialisasikan banyak sekali gadget-gadget otomatis yang diterapkan dalam berbagai alat seperti transportasi dan komunikasi.
Pada awal musim ini pun, boleh dibilang sebagai awal kesempatan untuk segala jenis tanaman bersemi dan orang-orang mulai tergerak untuk
berangkat keluar rumah jalan kaki, meninggalkan musim dingin yang memang sejak dulu telah dinisbatkan sebagai musim hujan bagi Bogor city.
Dolyna. Perempuan tinting yang telah melewati usia remaja dengan indah dan menakjubkan itu, tergopoh-gopoh membawa tiga tas besarnya. Yang satu dipunggung, dan sisanya dijinjing. Orang mungkin akan mengira bahwa Dolyna baru pulang dari pasar dengan barang bawaannya yang banyak. Padahal, itu adalah sebuah ciri khas, untuk para bekamer. Umumnya, mereka membawa dua tas, tapi ekstra untuk gadis manis yang satu ini. Sebuah box plastik bening merk kenamaan yang telah diisi dengan menu-menu menarik dan menyehatkan.
“I never want to buy anything on the road!” katanya suatu hari ketika ditanya. Ia akan makan siang dan membelinya dijalan. Dengan suaranya yang tegas nan lantang, ia mengatakan itu seraya menjebik dan mengibaskan tangan.
Doly, begitu nama panggilannya, memang sangat idealis dan pemerhati kesehatan terutama untuk tubuhnya sendiri. Meski makan teratur dan suka fitnes, tapi tubuhnya tetap gempal dan sehat, ditambah asupan herbal yang rutin setiap hari, meski kadang nafasnya terdengar berat.
Jilbabnya berkibar-kibar tertiup angin. Nafasnya terengah dengan bulir-bulir keringat didahi. Baginya, bulir-bulir keringat itu adalah sebuah kebanggaan dari perjalanan sepanjang satu setengah kilometer yang ditempuhnya dengan jalan kaki.
Seett.. sebuah mobil matic berhenti nyaris tanpa suara disampingnya. Mobil itu adalah mobil yang telah beredar setahun yang lalu dan semakin canggih pada awal tahun diabad ini. Lagi-lagi kacanya terbuka tanpa suara sedikitpun diikuti sebuah kepala yang menyembul dari dalam.
“Assalamu’alaikum. Hey Doly! Masih demo jalan atau sudah nyerah nih?”
Kyuti nyengir. Giginya yang putih bak lobak itu mengeluarkan aroma segar. Konon kabarnya, formula yang diolah seorang ukhti cantik dan pendiam bernama Oktarina sudah lewat uji klinis dan berhasil dipatenkan. Dan untuk itu, Kyuti pun selalu mengupdate produk-produk  terbaru dari ilmuwati itu.
“Oh, no no thanks! Seribu langkah lebih baik menuju markas daripada enam puluh detik aku berada dalam mobil maticmu tapi tak satu keringat pun keluar.
Kyuti dan mobil maticnya masih mengekor Dolyna yang keras kepala. Padahal nafasnya terdengar semakin berat. 
Come on Doly...” rayu Kyuti lagi. “Time is money...!”  ia menunjuk  jam tangannya. Tapi Dolyna tetap fokus pada langkahnya dan tak bergeming. Kyuti tidak habis akal, ia segera menstel sebuah lagu dari cyber theatre yang tayangannya tersaji disekeliling rangka mobil bagian dalam. Merasa mengenal suara itu, Dolyna berteriak histeris dan kedua jinjingannya jatuh, salah satu isinya menggelinding jauh.
“Haydooo..!! what kind of music player is this? Owh great!! Let me in, please...
Dolyna segera memungut barang-barang bawaannya dan masuk tanpa basa-basi lagi. Sekejap mata, mobil matic itu menjadi teater dengan volume besar. Rupanya, tak sulit membujuk Dolyna yang idealis dan sudah terkena virus Hydonis ini.
Segera, setelah satu tancapan gas, mobil matic melaju cepat tanpa suara deru mesin. Membawa dua gadis itu menuju menara BAZ, ditemani Hydo yang dengan suara merdunya menghipnotis sang penggemar lewat cyber theathre.( Bersambung...)

Part 2

0 comments:

Post a Comment