//Recent Comments Settings var numComments = 5; var characters = 60;

29 August 2013

Hijrah - Part 3



Karena penasarannya semakin memuncak, akhirnya beberapa menit kemudian Kyuti mendekati Rei.
            “Assalamu’alaikum”
            “Eh,” Rei menoleh, menjawab salam lalu melepas kacamata tiga dimensinya. Pintu rak tertutup otomatis saat Rei menekan salah satu tombol pada dinding rak.
            “Kamu...” kalimat Kyuti terputus. Matanya melirik pada sederetan buku kelas berat. Buatnya, membaca buku novel, buku pengetahuan umum dan
berita-berita terupdate saja sudah cukup meski ia dulu pernah menggeluti bidang programming. Tapi karena otak kanannya memberontak, akhirnya ia banting stir untuk tidak lagi masuk kedunia coding.
            Rei hanya tersenyum seperti biasa. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung lewat begitu saja. Menghampiri kursi-kursi yang lengang.  
            “So, kapan aku dapat jawabannya?” tanya Kyuti.
            “Jawaban apa? Memang aku sudah dapat pertanyaan?” Rei menyeruput air putih yang baru saja ia tuang dari dispenser.
            “Yah, kamu ngertilah...” lanjut Kyutie. Rei hanya diam dan membuang nafas panjang. Pandangannya kosong, seolah mengincar burung yang terbang dilangit sambil bertopang dagu.
            Kyuti masih menunggu.
            “Aku tidak mengerti kode-kode itu. Meski sudah sekian buku yang aku pelajari dari komputer virtual. Mungkin aku terlalu emosi, hingga ingin terlalu cepat tahu” Rei mendengus kecewa. “Seperti keinginan programmer. Cerita dari virtual itu akan menyambut kita sesuai dengan kondisi emosi. Kalau kamu gak mau terlalu tau, maka cerita itu akan berhenti. Atau jika kamu terlalu ingin tau, maka step-stepnya kadang tidak terlalu rinci dan ambiguitas.”
            Kali ini Rei melipat kedua tangannya diatas meja untuk menopang kepalanya yang pusing.
            I think, I am gonna error” keluh Rei lagi.
            “Hei, What’s up?! Come on Rei, tell me. What’s your problem?!” Kyuti pindah posisi duduk. Mendekati Rei yang mulai cerita aneh tentang dirinya.

Disalah satu bagian gedung markaz, terdapat sebuah ruangan profil. Disana adalah tempat anggota-anggota baru yang ingin istiqomah menjalankan kajian. Seluruh anggota didata termasuk para pengurus tetap.
            Mereka yang akan didata secara detail, tinggal berdiri diatas panggung bundar berdiameter satu meter. Lalu secara otomatis, panggung itu akan bergerak kekanan dan kekiri, sementara operator digital akan membacakan setiap detil bagian yang di sensor, termasuk mata sebagai tanda pengenal di mesin sensor.
            Saat ini ada sekitar kurang dari lima puluh jumlah para anggota dan pengurus. Datanya tersimpan baik di gudang data milik markas. Sewaktu-waktu jika diperlukan maka para pengurus bisa mencek atau mengupdate data mereka.
            Khusus bagi pengurus, mereka bisa mengupdate data umum dari jarak jauh. Untuk itu setiap pengurus dilengkapi chip otomatis yang bisa dimasukan ke cyber computer mana saja yang ditemui.
            Diluar gudang data, terdapat beberapa meja dan kursi serupa seperti diruangan perpustakaan yang juga dilengkapi peralatan yang disesuaikan dengan pekerjaan masing-masing pengurus.
            Disudut ruangan dekat aquarium adalah ruang kerja Kyutie. Mejanya rapih hanya jika libur tiba. Kyuti sendiri bertugas untuk mendokumentasi dan mendesain fasilitas promosi event-event yang kerap kali diselenggarakan markaz. Ia memilih ruang kerja yang baginya strategis untuk menangkap ide. Yakni ruangan yang menghadap jalan dan air lift yang berseliweran diluar, atau hanya sekedar memandangi ikan jadi-jadian hasil karya Doly yang terobsesi untuk menggemukan kucing-kucingnya yang manis tak karuan.
            Disebelah ruangannya, ada seperangkat meja dan komputer yang diletakan bersinggungan dengan meja Kyuti. Setiap hari, dengan tekun, seorang gadis ‘gila’ baca akan duduk disana, mencari berbagai informasi untuk dijadikannya artikel pada halaman website dan page markaz disalah satu situs jejaring sosial. Komputer miliknya juga terhubung ke komputer milik Sisi. Gadis ceria yang sebenarnya suka membaca. Tapi karena terlalu banyak mengedit naskah-naskah virtual, Sisi jadi lebih sering kebablasan. Ikut kedalam petualangan Doraemon. Sementara ini ia cukup puas dengan kacamata 3d nya yang nyaris sama dengan ‘pintu kemana saja’ milik tokoh kartun idolanya itu.
Sebagai seorang pustakawati yang kelewat rajin. Sisi suka menyempatkan diri bertemu dengan penulis-penulis buku terkenal. Ia masuk kedalam dunia virtual, setelah sebelumnya membuat janji. Menurutnya, hal itu dirasa perlu, sebagai rekomendasi bagi mereka yang akan meminjam buku-buku bagus. Jam terbangnya tinggi. Karena dalam seminggu ia suka mengadakan pertemuan virtual dengan beberapa penulis untuk wawancara dan tidak jarang memakan waktu yang cukup lama.
(bersambung)

0 comments:

Post a Comment