//Recent Comments Settings var numComments = 5; var characters = 60;

29 August 2013

Hijrah - part 2

Hijrah Part 1



Beberapa tahun yang lalu, markaz ini tidak begitu sepi. Setidaknya minimal lima puluh orang yang hadir untuk ikut kajian setiap hari Sabtu. Jumlah peserta yang lebih tua pun lebih banyak dari yang muda. Tetapi mereka lebih semangat dan konsisten. Itulah mengapa Mr. Bud juga menjaga keberadaan markaz dengan baik. Boleh dibilang, peserta sebanyak satu orang pun, kajian akan tetap berjalan. Kini, ditahun yang semakin serba canggih, dimana banyak sekali mal-mal dan tempat rekreasi baik yang nyata maupun virtual, kebanyakan
orang lebih memilih untuk jalan-jalan dengan alasan refreshing, ‘cuci otak’ setelah seminggu lamanya mereka bergelut dengan pekerjaan.
            Dolyna masih asyik membaca tutorial alarm detector yang berfungsi untuk memantau kucing-kucing kesayangannya dirumah. Alat itu baru beberapa hari ia dapat dari seorang teman.
            Biasanya, segala urusan yang berkaitan dengan gadget, alat-alat elektronik dan listrik, Ipinlah jagonya. Dia adalah salah satu aktifis sekaligus programmer yang bekerja secara mandiri di lab markaz. Beberapa alat yang telah lulus sensor salah satunya scanner yang dipasang dipintu markas.
            Sebenarnya alat sensor ini pernah jadi perdebatan. Apalagi sensor canggih ini dibuat oleh empunya dengan kreatifitas yang tergolong unik. Setiap orang yang akan masuk keruangan itu harus mengarahkan mata pada lensa, karena alat tersebut akan mendeteksi si pemilik retina mata, lalu setelah berhasil digital operator akan menyebutkan nama pemilik mata.
            Pernah suatu hari Doly mencak-mencak karena tidak bisa masuk ruangan. Ia sudah puluhan kali mengedipkan mata tapi pintu otomatis itu tidak kunjung terbuka. Jadi setiap kali Doly lelah menatap sensor, ia berkedip dan digital operator selalu bilang, “Access denied, please try again” Karena kesal Doly menendang pintu kaca.
            “Heh, belagu amat sih, you kan cuma operator digital” makinya kesal. Tanpa aksi selanjutnya, tiba-tiba sang operator digital mengikuti kata-kata Dolyna. Dolyna sewot, ia terus mencaci maki selama hampir kurang lebih setengah jam dan digital operator pun terus mengikuti apa yang Dolyna ucapkan.
            Akhirnya, waktu itu Dolyna membatalkan acara bekam tiga orang pasiennya lantaran tidak bisa masuk ruangan dan mengambil alat-alat itu di markaz. Ipin yang bertanggung jawab atas erornya mesin dalam masa percobaan kebagian getahnya. Seminggu berturut-turut ia dibuat merasa bersalah karena alasan hilangnya waktu dan kesempatan. Sebagai ganti rugi, terciptalah alat detector yang Dolyna miliki dan ia dapatkan secara cuma-cuma. 
“Ibu Dolyna kapan datang?” tanya Mr. Hakim dengan mata berbinar seperti biasa.
“Adohh Mr. Hakim ini, kaya gak liat aja” jawab Dolyna asal. “Eh, eh. Mr.!” panggil Doly seraya mengibaskan tangan. Kemudian menunjukan alarm detector yang dilengkapi dengan kamera video. “Liat nih keren kan?”
Mr. Hakim hanya melirik sebentar.
“Oh, ini? Iya keren. Ada lampur indikatornya” jawabnya singkat.
“Haduhhh bukan alarmnya Mr., tapi liat videonyahhh!!” Dolyna gemas dan menunjukan lagi aksi kucing-kucingnya yang sedang aerobik. Rupanya kucing-kucing itu sudah dilatih Doly mati-matian untuk rutin berolahraga. Alasannya agar tidak terlalu gemuk karena bisa-bisa, jatah makannya jadi lebih banyak hingga mengalahkan sang majikan.
“Ah itu sih biasa aja” Mr. Hakim menjebik.
Tidak terima dengan pendapat itu, Dolyna segera menunjukan rekaman video lain. Dan kali ini Mr. Hakim memang benar-benar terkejut.
“What?!”
 

Kyuti memasuki ruang perpustakan markaz. Sudah sepi. Karena perpustakaan ini ditutup pada hari Jum’at. Ia menengadahkan kepalanya keatas. Tampak  langit terbentang luas diluar sana. Ada lagi pohon-pohon kelapa tua yang daunnya kerap kali melambai saat angin berhembus berat.
            Markaz ini bukan tidak beratap, tapi didesain dengan atap terbuat dari kaca. Gedungnya sendiri berbentuk setengah lingkaran. Gedung perpustakaan setinggi dua puluh meter ini dibuat 2 tingkat. Bagian-bagiannya didominasi oleh kaca termasuk atap itu. Rak-rak dari sekat alumunium dan kursi-kursi yang ditemani meja dan seperangkat komputer touch screen, sehingga memudahkan para pengunjung untuk menelusuri lokasi buku atau melakukan penjelajahan virtual dengan kacamata tiga dimensi.
Perangkat satu ini, adalah perangkat yang paling digemari anak-anak yang sedikit malas membaca. Karena dengan alat ini mereka bisa berjalan-jalan kedalam cerita buku secara langsung. Semisal ketika  seseorang ingin tau tentang sejarah peradaban suatu negara, maka dengan praktis, kacamata tiga dimensi dan komputer virtual itu akan membawa pengguna kedalam simulasi cerita yang telah diolah programmer handal. Seperti halnya membaca buku, tidak jarang pengguna alat ini akan terbawa emosi seperti marah, tertawa terbahak-bahak atau menangis sesenggukan.
            Kyuti mengusap wajahnya yang letih. Dua buku sekaligus telah ia lahap dalam satu jam dengan komputer virtual. Ia lebih banyak menekan reff untuk mempercepat cerita. Malah kadang ia langsung pada bagian terakhir. Maklum, gadis sequential abstrak ini, kadang-kadang ingin langsung pada topik permasalahan.
            Ia menyandarkan tubuhnya dikursi. Menghadap kerak buku yang berjajar rapi.
            Eh, sedang apa dia disini? tanya Kyuti dalam hatinya. Ia menelusuri rak ketiga diujung ruangan. Matanya sempat melirik papan kecil bertuliskan programming saat mendekati orang tersebut.
            Kyuti mengendap. Kini ia berada di lorong rak yang berbeda, membelakangi gadis yang sedang khidmat membaca. Matanya menyipit. Berusaha untuk membaca judul-judul buku itu. 
            Tumben, kok baca buku macam itu sih? Tanya Kyuti lagi. Beberapa pertanyaan bergelayut di otaknya. Tidak habis pikir, Rei yang selama ini belajar tentang segala macam pengobatan itu kini beralih belajar pemograman yang sama sekali tidak ada kaitannya. Pikirannya beralih lagi pada segala aktifitas, pekerjaan dan jurusan yang Rei ambil sewaktu kuliah. So strange! (bersambung)

3 comments:

  1. New template? Well, simply white is always loved :)

    Sekarang beneran kangen kalian... No, no, keep tears until at home T.T

    ReplyDelete
  2. Wahyu : Yeah, makasi ^^ trs ikuti ya!
    Ave Ry : Ia bosyen, pengen yang sederhana tapi mengena, back to nature, kaya newbi..

    ReplyDelete