Beberapa tahun yang lalu, markaz ini tidak
begitu sepi. Setidaknya minimal lima puluh orang yang hadir untuk ikut kajian
setiap hari Sabtu. Jumlah peserta yang lebih tua pun lebih banyak dari yang
muda. Tetapi mereka lebih semangat dan konsisten. Itulah mengapa Mr. Bud juga
menjaga keberadaan markaz dengan baik. Boleh dibilang, peserta sebanyak satu
orang pun, kajian akan tetap berjalan. Kini, ditahun yang semakin serba
canggih, dimana banyak sekali mal-mal dan tempat rekreasi baik yang nyata
maupun virtual, kebanyakan
orang lebih memilih untuk jalan-jalan dengan alasan refreshing, ‘cuci otak’ setelah seminggu lamanya mereka bergelut dengan pekerjaan.
orang lebih memilih untuk jalan-jalan dengan alasan refreshing, ‘cuci otak’ setelah seminggu lamanya mereka bergelut dengan pekerjaan.
Dolyna
masih asyik membaca tutorial alarm
detector yang berfungsi untuk memantau kucing-kucing kesayangannya dirumah.
Alat itu baru beberapa hari ia dapat dari seorang teman.
Biasanya,
segala urusan yang berkaitan dengan gadget, alat-alat elektronik dan listrik,
Ipinlah jagonya. Dia adalah salah satu aktifis sekaligus programmer yang
bekerja secara mandiri di lab markaz. Beberapa alat yang telah lulus sensor
salah satunya scanner yang dipasang dipintu markas.
Sebenarnya
alat sensor ini pernah jadi perdebatan. Apalagi sensor canggih ini dibuat oleh
empunya dengan kreatifitas yang tergolong unik. Setiap orang yang akan masuk
keruangan itu harus mengarahkan mata pada lensa, karena alat tersebut akan
mendeteksi si pemilik retina mata, lalu setelah berhasil digital operator akan
menyebutkan nama pemilik mata.
Pernah
suatu hari Doly mencak-mencak karena tidak bisa masuk ruangan. Ia sudah puluhan
kali mengedipkan mata tapi pintu otomatis itu tidak kunjung terbuka. Jadi
setiap kali Doly lelah menatap sensor, ia berkedip dan digital operator selalu
bilang, “Access denied, please try again”
Karena kesal Doly menendang pintu kaca.
“Heh,
belagu amat sih, you kan cuma
operator digital” makinya kesal. Tanpa aksi selanjutnya, tiba-tiba sang
operator digital mengikuti kata-kata Dolyna. Dolyna sewot, ia terus mencaci
maki selama hampir kurang lebih setengah jam dan digital operator pun terus
mengikuti apa yang Dolyna ucapkan.
Akhirnya,
waktu itu Dolyna membatalkan acara bekam tiga orang pasiennya lantaran tidak
bisa masuk ruangan dan mengambil alat-alat itu di markaz. Ipin yang bertanggung
jawab atas erornya mesin dalam masa percobaan kebagian getahnya. Seminggu
berturut-turut ia dibuat merasa bersalah karena alasan hilangnya waktu dan
kesempatan. Sebagai ganti rugi, terciptalah alat detector yang Dolyna miliki
dan ia dapatkan secara cuma-cuma.
“Ibu Dolyna kapan
datang?” tanya Mr. Hakim dengan mata berbinar seperti biasa.
“Adohh Mr. Hakim ini,
kaya gak liat aja” jawab Dolyna asal. “Eh, eh. Mr.!” panggil Doly seraya
mengibaskan tangan. Kemudian menunjukan alarm detector yang dilengkapi dengan
kamera video. “Liat nih keren kan?”
Mr. Hakim hanya melirik
sebentar.
“Oh, ini? Iya keren. Ada
lampur indikatornya” jawabnya singkat.
“Haduhhh bukan alarmnya
Mr., tapi liat videonyahhh!!” Dolyna gemas dan menunjukan lagi aksi
kucing-kucingnya yang sedang aerobik. Rupanya kucing-kucing itu sudah dilatih
Doly mati-matian untuk rutin berolahraga. Alasannya agar tidak terlalu gemuk
karena bisa-bisa, jatah makannya jadi lebih banyak hingga mengalahkan sang
majikan.
“Ah itu sih biasa aja” Mr.
Hakim menjebik.
Tidak terima dengan
pendapat itu, Dolyna segera menunjukan rekaman video lain. Dan kali ini Mr.
Hakim memang benar-benar terkejut.
“What?!”
Kyuti memasuki ruang perpustakan markaz.
Sudah sepi. Karena perpustakaan ini ditutup pada hari Jum’at. Ia menengadahkan
kepalanya keatas. Tampak langit
terbentang luas diluar sana. Ada lagi pohon-pohon kelapa tua yang daunnya kerap
kali melambai saat angin berhembus berat.
Markaz
ini bukan tidak beratap, tapi didesain dengan atap terbuat dari kaca. Gedungnya
sendiri berbentuk setengah lingkaran. Gedung perpustakaan setinggi dua puluh
meter ini dibuat 2 tingkat. Bagian-bagiannya didominasi oleh kaca termasuk atap
itu. Rak-rak dari sekat alumunium dan kursi-kursi yang ditemani meja dan
seperangkat komputer touch screen,
sehingga memudahkan para pengunjung untuk menelusuri lokasi buku atau melakukan
penjelajahan virtual dengan kacamata tiga dimensi.
Perangkat satu ini,
adalah perangkat yang paling digemari anak-anak yang sedikit malas membaca.
Karena dengan alat ini mereka bisa berjalan-jalan kedalam cerita buku secara
langsung. Semisal ketika seseorang ingin
tau tentang sejarah peradaban suatu negara, maka dengan praktis, kacamata tiga
dimensi dan komputer virtual itu akan membawa pengguna kedalam simulasi cerita
yang telah diolah programmer handal. Seperti halnya membaca buku, tidak jarang pengguna
alat ini akan terbawa emosi seperti marah, tertawa terbahak-bahak atau menangis
sesenggukan.
Kyuti
mengusap wajahnya yang letih. Dua buku sekaligus telah ia lahap dalam satu jam
dengan komputer virtual. Ia lebih banyak menekan reff untuk mempercepat cerita. Malah kadang ia langsung pada bagian
terakhir. Maklum, gadis sequential abstrak ini, kadang-kadang ingin langsung
pada topik permasalahan.
Ia
menyandarkan tubuhnya dikursi. Menghadap kerak buku yang berjajar rapi.
Eh, sedang apa dia disini? tanya Kyuti
dalam hatinya. Ia menelusuri rak ketiga diujung ruangan. Matanya sempat melirik
papan kecil bertuliskan programming
saat mendekati orang tersebut.
Kyuti
mengendap. Kini ia berada di lorong rak yang berbeda, membelakangi gadis yang
sedang khidmat membaca. Matanya menyipit. Berusaha untuk membaca judul-judul
buku itu.
Tumben, kok baca buku macam itu sih?
Tanya Kyuti lagi. Beberapa pertanyaan bergelayut di otaknya. Tidak habis pikir,
Rei yang selama ini belajar tentang segala macam pengobatan itu kini beralih
belajar pemograman yang sama sekali tidak ada kaitannya. Pikirannya beralih
lagi pada segala aktifitas, pekerjaan dan jurusan yang Rei ambil sewaktu
kuliah. So strange! (bersambung)
mantap
ReplyDeleteNew template? Well, simply white is always loved :)
ReplyDeleteSekarang beneran kangen kalian... No, no, keep tears until at home T.T
Wahyu : Yeah, makasi ^^ trs ikuti ya!
ReplyDeleteAve Ry : Ia bosyen, pengen yang sederhana tapi mengena, back to nature, kaya newbi..