//Recent Comments Settings var numComments = 5; var characters = 60;

21 June 2012

LOWBAT (part3)


ACER Part 1
Lowbat Part 2 bisa di klik disini

Dengan nafas tersengal-sengal Tar bangun dari tidurnya. ‘Mimpi yang aneh’ begitu pikirnya. Ini pasti karena ia terlalu kesal dengan gadget yang kini ada disamping tempat tidurnya. Berkali-kali Hp itu bermasalah dengan batereinya yang sering low, sampai-sampai ia pernah berniat untuk menjualnya, tapi kemudian ia mengurungkan diri karena teringat bahwa Hp itu adalah hadiah pemberian orang yang sangat ia sayangi, Bak Wan.


Sejurus kemudian gadis yang menyukai warna-warna mencolok itu teringat teman satu kostnya yang memiliki berbagai peralatan elektronik canggih, Rain. Rain adalah nama panggilan dari seorang gadis manis yang memperkenalkan diri dengan nama Dwiyanti Anggraini. Alih-alih dipanggil dengan nama Dwi, gadis itu memproklamirkan diri dengan sebutan Rain, lebih modern ujarnya. Seketika ia bergegas mendatangi kamar Rain. ‘Kali ini tampaknya Rain sedang dalam mood yang bagus, jadi aku akan meminjam Hp-nya barang satu hari’ Tar berpikir. Dan benar saja, Rain sedang duduk bersila dengan manis diatas kasurnya sambil menatap monitor laptop-nya

“Rain, aku pinjam Hp Nokia-mu ya yang merah, yang kemarin aku pinjam” ujar Tar mendekati Rain yang sedang tersenyum tidak jelas.

           “Oh, silahkan saja. Itu ada dilaci meja” jawab Rain tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.

‘Alamat baik, mood Rain benar-benar sedang bagus’, Tar mengutak-atik Hp berwarna ngejreng itu sambil duduk di sofa bertekstur halus dengan bulu-bulu macan imitasi. Sebenarnya ia ingin mengobrol dengan Rain, tapi tampaknya Rain sedang chatt dengan seseorang, jadi ia merasa tidak enak mengganggu. Jadilah, ia duduk bermalas-malasan di sofa empuk itu sambil sesekali memperhatikan Rain.

Rain memperhatikan monitor laptopnya sambil tak henti-hentinya tersenyum.

‘Smile..’

Wajah seorang pria tampan di monitor laptop itu membuat jantungnya berdetak kencang. Kulitnya yang putih bersih bersinar bak seorang model-model catwalk yang sering ia temui. Rahangnya yang kuat dipadu dengan bagian pipinya yang tirus dan hidung mancung yang sangat mempesona. Dan yang membuatnya makin tersipu adalah ketika ‘Smile’ tersenyum kedua pipinya berlubang menunjukkan lesung pipi. 

Rain kok kamu diam aja?” Chatt facebook didepannya berkedip-kedip.

Mmm, Smile, kamu bilang kerja dibagian pemasaran produk minuman kan?” Rain mengulur-ulur waktu percakapan.

Ya, aku sudah lama bekerja disana sebagai Managernya

Wow, ternyata kamu bukan hanya cakep tapi ternyata juga seorang eksekutif muda. Aku senang berkenalan dengan kamu” ungkap Rain tulus.

Ah, biasa aja. Justru aku yang senang berkenalan dengan gadis secantik kamu. Imut-imut, hehe
Rain tersipu malu dan pipinya merona, “Ihihi.. sama-sama donk

Sudah lebih dari sebulan Rain berkenalan dengan Smile yang ia kenal lewat facebook. Rain memang orang yang sangat ramah dan mudah bergaul dengan siapapun juga. Siapapun akan senang mengobrol dengan Rain karena sikapnya yang menyenangkan itu. Jari-jemari yang lentik karena rajinnya ia ke salon untuk melakukan Manicure-padicure. Sambil menghirup aroma panas moccacino ia kembali tersenyum sendiri. ‘Ihhhh, Smile benar-benar menggemaskan! Awas deh kalau ketemu’ pikirnya.  

“Ciee, siapa tuh Rain? Ganteng amat” Tar  meledek ketika ia kembali sibuk dengan facebooknya sehingga membuyarkan segala pikiran yang berputar-putar dibenak Rain.

“Mau tau aja!” ujar Rain manja.

Tar hanya tersenyum simpul melihat kelakuan sahabat baiknya ini. Rain kalau sudah jatuh cinta memang akan berubah sifatnya menjadi manja-manja seperti itu. Tapi disitulah letak keuntungannya. Ya, untung bagi Tar, karena tiap kali Rain jatuh cinta ia akan menjadi sangat baik. Ia suka mentraktir teman-teman satu kostnya atau yang paling Tar sukai adalah ia boleh meminjam apa saja barang-barang milik Rain. Dari mulai baju, tas, sepatu, sampai peralatan make up! Beruntung bisa satu kost dengan seorang desainer muda seperti Rain.

Malam ini Rain pasti tidak akan bisa tidur dengan nyenyak karena kepalanya penuh dengan bayangan Smile. Ia terus memikirkan Smile, pria pujaan hatinya yang paling gres itu. Mungkinkah Smile adalah tambatan hatinya yang terakhir? Hatinya benar-benar terpaut pada sesosok pria tampan dan berbakat itu. Manager pemasaran, bukankah itu adalah sebuah pekerjaan yang hebat?! Rain membayangkan Smile berdiri didepan ruang rapat menjelaskan statistic penjualan produknya. Dengan kemeja biru yang licin juga dasi yang serasi. Rain pastinya akan sangat bangga berdampingan dengan eksekutif muda itu.

“Ma’il…!! Kerjaannye hape melulu luh! Noh, aer Nya’ abis buat ngadonin nih cendol. Buruan gih lu timbain disumur”, dengan bulir-bulir keringat membasahi keningnya ia terus mengaduk adonan berwarna hijau itu.

“Iye Nya’ bentar! Ini juga udah mau diambilin. Nyap-nyap mulu sih bawaannye. Pengeng kuping Ma’il Nya’.” Smile meletakkan Hp-nya diatas meja didapurnya.

“Ah Elu sih kalau dipanggil entar-entaran mulu. Nya’ udah capek begini juga masih lu suruh ngadonin bakal jualan lu sendiri. Nyusahin Nya’ aje lu mah Ismail..! “

Setelah berkeliling dengan gerobaknya, Smile berteduh disebuah pangkalan ojek. Ia kembali mengeluarkan Hp-nya. Sesosok gadis cantik dalam foto profil di facebook itu membuat rasa lelahnya mencair seketika.

‘Dwiyanti Anggraini..’

“Duh neng Rain… kapan ye kita bisa ketemuan. Kagak sabar neng, kepikiran mulu nih abang” Smile bergumam tidak jelas.

“Duile Ismail… siape tuh cewek, bohay amat” tukang ojek disampingnya meledek sambil mencoba mengambil Hp-nya untuk lebih jelas melihat sosok cantik itu.

“Gangguin orang aje lu bang” Smile bersungut-sungut.

“Ceilee.. suit, suit..”

Hari ini Smile memutuskan untuk menemui gadis pujaannya yang ia kenal sudah sebulan lebih via facebook. Sudah satu jam lebih ia menghias diri didepan kaca. Didepan tampil cerminan dirinya yang berkulit hitam dengan jerawat besar memerah disana-sini, giginya menguning karena kesukaannya pada kopi ditambah merokok. Ia berpikir, ‘Kapan ya bisa pakai kawat gigi kayak anak-anak SMA itu’. Giginya memang agak bermasalah, selain tidak rata tapi juga agak ‘menonjol’. Tapi tekadnya sudah bulat untuk tetap menemui Rain, gadis pujaan hatinya. ‘Rain pasti akan menerima diriku apa adanya’ pikirnya lagi.

Ditempat lain, Rain bergegas menuju beranda kost yang ia tempati bersama sahabat dekatnya Tardulude dan yang lain, beranda kost mereka terlihat asri dengan pot-pot berisi tanaman bunga-bungaan berbagai jenis. ‘Jangan sampai telat, masakan aku membuat seorang Manager pemasaran menunggu’, pikirnya. Rain sudah kesalon sebelum itu, melakukan perawatan tubuh hingga sekarang ia terlihat begitu kinclong

“Rain, dompet kamu nih ketinggalan. Ada di meja makan” Tar menyerahkan dompet itu pada Rain.

“Makasih ya say…” ujar Rain sambil mengerlingkan matanya.

Rain membuka dompetnya, lalu tanpa sengaja ia menjatuhkan Kartu Tanda Pengenalnya sendiri. Ia tidak meletakkannya dengan rapi seperti biasa. Ia mengamati foto dalam KTP itu. Sosok tegap dan berwibawa terlihat disana, kulit sawo matang dengan benjolan di tenggorokan yang terlihat jelas. Ia menelan air liurnya sambil mengelus-elus tonjolan di tenggorokannya itu. ‘Yang satu ini tidak bisa ditutupi walau sampai kapanpun’ pikirnya. Sebelum ia mengembalikan KTP itu ke posisi semula, ia tersenyum penuh makna mengamati sederet nama yang sejak lama tertera disana, ‘Dwiyanto Anggoro..’

 ______________________________________________________________________________
Tentang Penulis:
Pada awalnya penulis berniat untuk menggunakan nama Averrous Ry sebagai nama pena, tapi karena kebanyakan orang agak sulit untuk melafalkannya, maka jadilah Averry saja. Nama ini terilhami dari seorang pemikir besar Islam kelahiran Spanyol, Ibnu Rushd, yang di daratan Eropa dikenal dengan nama Averrous. Penulis adalah seseorang yang berambisi memiliki kepribadian ganda dan berharap sekali untuk menemukan versi maskulin dirinya. Kesukaannya pada dunia baca sungguh tidak terbendung sehingga ia tidak akan melewatkan selembar kertas pembungkus pisang goreng sebelum dibaca. Melewatkan waktu malam dengan banyak berpikir sampai detak jarum jam yang berdenting pun tak luput darinya, dan ia berharap menjadi Einstein yang Islami.

1 comment:

  1. wkwkwkwk si Rain Bencongsss... kumaha tah si SISI...??????

    ReplyDelete